Rabu, 02 Januari 2008
Kerusuhan Kenya
Kerusuhan Kenya
50 Orang Dibakar Hidup-hidup dalam Gereja
NAIROBI, RABU — Lebih dari 50 orang dibakar hidup-hidup di sebuah gereja di Eldoret, Selasa (1/1). Ini menjadi insiden terburuk dari rangkaian aksi kekerasan terkait pemilu yang baru lalu.
Para korban adalah anggota etnis Kikuyus yang berlindung dari kejaran gerombolan orang bersenjata. Mereka yang berhasil lolos dari gedung gereja diburu dan dibantai menggunakan pedang. Sejumlah orang bisa lolos setelah bersembunyi di lubang kakus.
George Karanja, (39) warga Kikuyus yang berhasil menyelamatkan diri mengungkapkan, ia bersama sekitar 2.000 orang mengungsi ke gedung Majelis Gereja Tuhan di Edoret Senin (31/12) malam. Mereka mengungsi karena rumah mereka habis dibakar.
Namun Selasa pagi, ketika sebagian pengungsi masih tidur dan sebagian lagi mandi, gerombolan itu mulai menyerbu. Mereka membakar matras yang digunakan orang-orang itu untuk tidur. Karanja sendiri bisa selamat setelah bersembuyi di lubang kakus. Ia juga bisa menyelamatkan sedikitnya 10 orang. Dalam insiden itu ia kehilangan ayah dan keponakan.
Sejumlah regu penolong yang datang pertama kali dihadang gerombolan itu dan diselidiki identitasnya. Gerombolan itu mencari orang-orang dari etnis Kikuyus, suku asal Presiden Mwai Kibaki.
Suku Kikuyus, karena terkait presiden, dituduh memonopoli kekuasaan dan ekonomi oleh 41 kepala suku lain. Tuduhan itu selalu didengungkan pemimpin oposisi Raila Odinga yang berasal dari Suku Luo.(AP/AFP/SAS)
Mitos Sekitar Pernikahan
Banyak pasangan yang ’maju-mundur’ sebelum menikah karena takut pada mitos-mitos tentang pernikahan. Mana yang harus dipercaya ya..
Terpenjara
Pernah dengar nasehat seperti ini ? ’Selama masih melajang, puas-puasin dulu, nanti kalau sudah menikah susah’.
Seolah dengan memasuki gerbang pernikahan, kehidupan Anda sebagai pribadi akan tamat pula. Rasanya Anda akan menikah, bukan akan masuk penjara ya ?
Memang banyak cerita tentang mimpi-mimpi para perempuan lajang yang terkubur begitu mereka menikah. Tapi tak sedikit pula kok perempuan yang lebih sukses dalam hidup setelah berkeluarga. Atau malah ada yang kehidupannya nyaris tak berubah, sama seperti ketika melajang.
Karier mentok
Pernikahan akan membatasi perkembangan karir seseorang. Peluang kerja banyak yang tertutup bila perempuan sudah menikah. Banyak yang diminta mengundurkan diri bila berkeluarga. Atau susah mendapat promosi karena waktu Anda akan banyak terserap untuk keluarga.
Ah, ini sih tergantung Anda. Bila Anda memang terbukti bisa diandalkan dan memiliki kemampuan, Anda pasti bisa kok mengatasinya.
Takut punya anak
Ada banyak alasan mengapa seseorang takut memiliki keturunan. Bisa karena prosesnya yang memang berat itu. Khawatir tidak bisa memberikan kehidupan yang layak pada sang anak atau takut tidak bisa menjadi orangtua yang baik.
Atau mungkin ketakutan yang lebih ’sepele’ seperti takut tubuh melar sebagai akibat melahirkan ? Tenang, Anda masih punya banyak waktu. Kehidupan memiliki cerita sendiri dalam setiap prosesnya. Siapa tahu, Anda justru menikmati tahapan ini dan menjalaninya dengan sukses.
Orang berubah
Ketika masih pacaran dia so sweet. Tapi bagaimana nanti kalau kami sudah menikah ya ? Begitu kekhawatiran Anda. Apalagi banyak contoh-contoh tentang itu.
Ini pada gilirannya mempengaruhi minat Anda untuk menikah. Iya kalau pilihan benar. Kalau ternyata salah bagaimana ?
Well, semuanya pasti berubah. Tak ada yang konstan, kecuali perubahan itu sendiri bukan ? Dalam perjalanan nanti Anda sendiri juga pasti akan berubah dan tentu akan ada upaya-upaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Tapi minimal Anda pernah mencobanya atau Anda mau penasaran selamanya ? (KCM: Chic)
Kurang Tidur Picu Hadirnya Diabetes
Kurang Tidur Picu Hadirnya Diabetes
KCM, Chicago, Senin - Tidur yang cukup dan teratur setiap hari memang resep paling mujarab dalam menjaga kesehatan. Dengan tidur cukup, tubuh dapat memulihkan diri dari rasa capek. Organ-organ tubuh pun menjadi rileks dan beristirahat sehingga menetralkan kerusakan yang terjadi akibat kegiatan sehari-hari.
Apa yang akan terjadi bila kita kekurangan tidur? Tubuh tentu akan terganggu keseimbangannya, termasuk fungsi metabolisme. Hasil riset terbaru membuktikan, tiga hari Anda mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan risiko mengidap diabetes.
Adalah para ahli dari University of Chicago yang berhasil mengungkap temuan ini. Menurut mereka, tidur tidak nyenyak selama tiga hari berturut-turut akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya pada orang muda dan dewasa.
Dari riset juga disimpulkan, walaupun kemampuan tubuh memproses glukosa dapat menyesuaikan diri saat gangguan tidur kronis, tetapi buruknya pola tidur pada orang dewasa serta pengidap obesitas dapat memicu hadirnya diabetes.
Tidur lelap atau “slow wave sleep,” merupakan jenis tidur yang paling restoratif dan telah terbukti sangat penting bagi kesehatan mental. Riset para ahli di University of Chicago ini merupakan bukti signifikan pertama pentingnya tidur lelap terhadap fisik.
“Penelitian sebelumnya dari laboratorium telah menunjukkan beragam hubungan antara gangguan tidur kronis maupun parsial, perubahan nafsu makan, ketidaknormalan metabolime, obesitas, dan risiko diabetes," ungkap Eve Van Cauter yang mempublikasikan temuannya dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi Rabu mendatang ini.
Riset ini melibatkan sembilan responden bertubuh sehat berusia 20 hingga 31 tahun. Mereka harus menginap selama lima malam di laboratorium dan mulai tidur pukul 11 malam kemudian bangun pada pukul 7.30 pagi.
Pada dua malam pertama, respoden dibiarkan tidur nyenyak. Namun memasuki hari ketiga, kamar mereka dipasangi speaker yang memperdengarkan suara-suara rendah. Suara ini diperdengarkan ketika pola otak para responden mengindikasikan mereka sedang memasuki fase tidur nyenyak.
Walaupun terdengar pelan dan tak cukup keras untuk membangunkan mereka, suara rendah ini mengurangi kualitas tidur lelap mereka hingga sekitar 90 persen. Suara ini rupanya membawa mereka kembali dari fase tidur nyenyak ke fase tidur ringan.
Pola tidur tipikal setiap reponden selama riset ini pun berbeda. Untuk responden usia di atas 60 tahun, secara umum hanya mengalami fase tidur nyenyak selama 20 menit saja, sedangkan pada orang dewasa 80 hingga 100 menit.
Dalam pengujian di laboratorium, sensitivitas insulin para responden menurun hingga 25 persen setelah tidurnya terganggu. Artinya, mereka membutuhkan lebih banyak insulin untuk mengatur kadar glukosa yang sama. Meskipun ekresi insulin tidak mengalami peningkatan pada delapan responden, mereka mengalami kenaikan kadar glukosa dalam darah sebanyak 23 persen.
“Riset ini merekomendasikan bahwa strategi dalam memperbaiki kualitas serta kuantitas tidur dapat mencegah atau menunda timbulnya diabetes tipe 2 pada populasi yang berisiko,” tandas Van Cauter. (AFP/ac)
Libigel - Viagra Untuk Wanita
Libigel, Viagra untuk Wanita
Charlottesville, Selasa - Bukan rahasia lagi bahwa sekarang banyak kaum pria yang membutuhkan bantuan obat-obatan untuk memperbaiki kemampuan seksualnya. Obat-obatan seperti Viagra atau Vasomax misalnya, kini banyak digandrungi karena khasiat serta kepraktisannya.
Pada perkembangannya, obat-obatan untuk memperbaiki fungsi seksual tak sebatas untuk kebutuhan kaum Adam semata. Kini, para ahli pun tengah berupaya untuk mengembangkan obat-oabtan yang dapat memperbaiki fungsi seksual kaum wanita.
Seperti dilaporkan AP, Selasa (1/1), para peneliti di Universitas Virginia (UVa) Amerika Serikat kini sedang menguji coba sejenis obat yang berfungsi memperbaiki kemampuan seksual seperti halnya Viagra pada pria.
Obat baru ini bernama LibiGel, berbentuk gel dengan kandungan utama testosteron. Para ahli menciptakan obat ini guna meningkatkan rangsangan atau libido pada wanita yang kehilangan gairah dalam berhubungan seks.
Dalam beberapa bulan ke depan, Libigel akan direkomendasikan bagi wanita penderita kehilangan gairah yang disebut hypoactive sexual desire disorder . Menurut catatan, gangguan seks ini dialami oleh hampir sepertiga kaum Hawa di Amerika Serikat.
"Gangguan ini merupakan masalah seksual yang banyak dialami wanita," ungkap Dr. Anita Clayton, seorang psikiatris dari UVa Health System dan penulis buku "Satisfaction: Women, Sex and the Quest for Intimacy."
Universitas Virginia sendiri bersama 99 institusi medis lainnya berpartisipasi dalam pengujian khasiat serta keamanan obat ini. Jika mendapat lampu hijau dari FDA (Food and Drug Administration), perusahaan BioSante Pharmaceuticals Inc di Illinois akan segera melempar obat ini ke pasaran.
Untuk saat ini, kata Clayton, pihaknya masih menggelar riset nasional yang melibatkan sekitar 25 wanita berusia 30 dan 65. Para wanita ini adalah mereka yang telah kehilangan kedua ovarium (indung telur) melalui proses operasi ovariektomi. Mereka sejauh ini hanya mengonsumsi suplemen estrogen dan mengalami stress akibat rendahnya libido.
Ovariektomi memang dapat mengakibatkan gairah seksual menurun karena indung telur hanya memproduksi hormon testosteron dalam jumlah setengah dari biasanya. Padahal, testosteron pun memegang peranan penting dalam fungsi seksual pada tubuh wanita.
LibiGel sendiri rencananya akan dipasarkan dalam bentuk botol yang dipompa. Wanita hanya tinggal memakainya sedikit saja dan mengoleskannya pada lengan bagian atas.
Dalam 24 jam, gel ini akan menyerap dalam pembuluh darah untuk kemudian memicu energi dan gairah (libido) wanita. Clayton, yang juga terlibat dalam riset di UVa, mengatakan obat ini lebih baik ketimbang jenis terapi testosteron sebelumnya. Ini dikarenakan LibiGel dapat mempertahankan kandungan kimianya secara konstan, seperti halnya pada testosteron alami.
Pada tahap kedua ujicoba klinis di 7 institusi, LibiGel terbukti dapat meningkatkan kepuasan hubungan seksual hingga 283 persent pada wanita yang memakai obat ini. (AP/AC)
Reksa Dana Masih Menjanjikan
Instrumen Investasi
Reksa Dana Masih Menjanjikan
oleh: Joice Tauris Santi
Aset industri reksa dana meningkat pesat sepanjang tahun 2007. Pada awal Januari 2007, asetnya masih Rp 51,6 triliun dan menjelang akhir tahun sudah Rp 91,5 triliun. Sebelumnya, tahun 2005, aset industri reksa dana sempat mencapai titik tertinggi sebanyak Rp 110 triliun pada bulan Februari.
Sayangnya, karena gejolak harga obligasi ditambah dengan kesalahan jual dari agen penjual, asetnya menyusut drastis menjadi Rp 28 triliun pada Desember 2005.
Hingga dua tahun setelah kejadian tersebut, aset reksa dana belum juga kembali ke titik tertingginya. Walaupun demikian, sudah ada percepatan kenaikan aset yang cukup besar pada tahun ini.
Selain peningkatan pesat tahun ini, komposisi di antara jenis-jenis reksa dana juga sudah seimbang. Tahun 2005, 85 persen aset reksa dana adalah pendapatan tetap atau obligasi.
Sisanya barulah terbagi menjadi reksa dana jenis campuran, saham, pasar uang, dan pendatang baru reksa dana terproteksi. Komposisi yang tidak sehat ini juga menjadi salah satu penyebab merosotnya aset reksa dana ketika pasar obligasi terguncang pada tahun 2005.
Penguatan harga saham sepanjang tahun lalu dan semakin mengertinya investor mengenai investasi jangka panjang menjadi faktor peningkatan porsi reksa dana saham.
Sepanjang tahun 2007, indeks saham telah naik sekitar 50 persen. Beberapa manajer investasi yang mengelola reksa dana saham bahkan dapat memberikan tingkat imbal hasil lebih dari 50 persen.
Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Abipriyanto mengatakan, komposisi yang semakin imbang ini untuk industri reksa dana. Di Amerika Serikat, misalnya, sebagian besar aset reksa dana adalah reksa dana saham yang merupakan investasi jangka panjang.
Kesadaran menempatkan dana pada instrumen investasi jangka panjang tidak hanya menggugah para investor perorangan, melainkan juga investor institusi, seperti asuransi dan dana pensiun.
Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia Eddy Praptono mengatakan, keinginan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi memang ada di kalangan dana pensiun yang selama ini konservatif dan menempatkan sebagian besar dananya pada deposito.
Tantangan tahun 2008
Apakah penempatan investasi dalam reksa dana masih akan membuahkan hasil sebagus tahun 2007 merupakan pertanyaan setiap investor maupun calon investor reksa dana. Tingginya harga minyak akan memicu peningkatan harga energi dan akhirnya menyebabkan kenaikan harga yang pasti akan ditanggung konsumen.
Selain itu, semakin tingginya biaya produksi akan mengurangi margin keuntungan, juga mengurangi pendapatan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akhirnya, kemungkinan laju kenaikan harga saham-saham akan tersendat.
"Dari sisi pengelolaan portofolio investasi, tingginya harga minyak menjadi tantangan untuk melakukan rebalancing portofolio dengan memanfaatkan peluang positif pada sektor-sektor yang mengalami dampak positif atas kenaikan harga minyak dan mengurangi bobot pada sektor yang terpengaruh secara negatif," kata Presiden Direktur Fortis Investment Eko Pratomo.
Eko menambahkan, ia masih berharap kinerja maupun pertumbuhan reksa dana saham akan tetap positif, tetapi akan sulit menyamai kinerja tahun 2007. Selalu ada faktor risiko, salah satunya tingginya harga minyak. Oleh karena itu, investor tetap perlu melihat investasi pada saham sebagai investasi jangka panjang untuk mengurangi risiko kerugian karena fluktuasi harga dalam jangka pendek.
Eko memperkirakan, tahun 2008 aset reksa dana saham mungkin masih bisa tumbuh di atas 50 persen, jika minat investor mengalihkan sebagian investasinya untuk jangka panjang ke saham masih cukup besar karena tren penurun tingkat suku bunga masih berlangsung.
Reksa dana baru
Setelah jenis reksa dana berkembang menjadi reksa dana indeks, reksa dana terproteksi dan exchange traded fund (ETF/reksa dana indeks yang diperjualbelikan di bursa) tahun 2008, industri reksa dana juga akan diramaikan dengan jenis reksa dana baru, yaitu reksa dana dengan tujuan khusus.
Investasi reksa dana dengan tujuan khusus tidak hanya terbatas pada aset-aset yang tercatat di pasar modal saja, seperti saham perusahaan tercatat atau obligasi. Reksa dana dengan tujuan khusus ini diperkenankan berinvestasi pada proyek-proyek bahkan komoditas melalui resi gudang.
"Reksa dana jenis ini ditujukan untuk investor yang sophisticated, investor yang sudah mengetahui risiko-risiko investasi. Risiko yang dikandung reksa dana jenis ini lebih tinggi," ujar Kepala Biro Pengelolaan Investasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Djoko Hendratto.
Direktur Utama Kliring Penjaminan Indonesia Surdiyanto menambahkan, reksa dana bertujuan khusus kelak dapat pula menjadikan komoditas yang tersimpan dalam resi gudang menjadi asetnya.
"Misalkan jika Bulog memerlukan dana untuk pengadaan beras, dapat mencari dana dengan agunan resi gudang. Atau perusahaan perkebunan mencari dana dengan agunan olein atau minyak sawit mentah," ujarnya.
Saat ini pembicaraan mengenai kolaborasi antara pasar modal dan pasar komoditas dalam reksa dana bertujuan khusus sedang dibicarakan.
Reksa Dana Masih Menjanjikan
oleh: Joice Tauris Santi
Aset industri reksa dana meningkat pesat sepanjang tahun 2007. Pada awal Januari 2007, asetnya masih Rp 51,6 triliun dan menjelang akhir tahun sudah Rp 91,5 triliun. Sebelumnya, tahun 2005, aset industri reksa dana sempat mencapai titik tertinggi sebanyak Rp 110 triliun pada bulan Februari.
Sayangnya, karena gejolak harga obligasi ditambah dengan kesalahan jual dari agen penjual, asetnya menyusut drastis menjadi Rp 28 triliun pada Desember 2005.
Hingga dua tahun setelah kejadian tersebut, aset reksa dana belum juga kembali ke titik tertingginya. Walaupun demikian, sudah ada percepatan kenaikan aset yang cukup besar pada tahun ini.
Selain peningkatan pesat tahun ini, komposisi di antara jenis-jenis reksa dana juga sudah seimbang. Tahun 2005, 85 persen aset reksa dana adalah pendapatan tetap atau obligasi.
Sisanya barulah terbagi menjadi reksa dana jenis campuran, saham, pasar uang, dan pendatang baru reksa dana terproteksi. Komposisi yang tidak sehat ini juga menjadi salah satu penyebab merosotnya aset reksa dana ketika pasar obligasi terguncang pada tahun 2005.
Penguatan harga saham sepanjang tahun lalu dan semakin mengertinya investor mengenai investasi jangka panjang menjadi faktor peningkatan porsi reksa dana saham.
Sepanjang tahun 2007, indeks saham telah naik sekitar 50 persen. Beberapa manajer investasi yang mengelola reksa dana saham bahkan dapat memberikan tingkat imbal hasil lebih dari 50 persen.
Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Abipriyanto mengatakan, komposisi yang semakin imbang ini untuk industri reksa dana. Di Amerika Serikat, misalnya, sebagian besar aset reksa dana adalah reksa dana saham yang merupakan investasi jangka panjang.
Kesadaran menempatkan dana pada instrumen investasi jangka panjang tidak hanya menggugah para investor perorangan, melainkan juga investor institusi, seperti asuransi dan dana pensiun.
Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia Eddy Praptono mengatakan, keinginan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi memang ada di kalangan dana pensiun yang selama ini konservatif dan menempatkan sebagian besar dananya pada deposito.
Tantangan tahun 2008
Apakah penempatan investasi dalam reksa dana masih akan membuahkan hasil sebagus tahun 2007 merupakan pertanyaan setiap investor maupun calon investor reksa dana. Tingginya harga minyak akan memicu peningkatan harga energi dan akhirnya menyebabkan kenaikan harga yang pasti akan ditanggung konsumen.
Selain itu, semakin tingginya biaya produksi akan mengurangi margin keuntungan, juga mengurangi pendapatan dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akhirnya, kemungkinan laju kenaikan harga saham-saham akan tersendat.
"Dari sisi pengelolaan portofolio investasi, tingginya harga minyak menjadi tantangan untuk melakukan rebalancing portofolio dengan memanfaatkan peluang positif pada sektor-sektor yang mengalami dampak positif atas kenaikan harga minyak dan mengurangi bobot pada sektor yang terpengaruh secara negatif," kata Presiden Direktur Fortis Investment Eko Pratomo.
Eko menambahkan, ia masih berharap kinerja maupun pertumbuhan reksa dana saham akan tetap positif, tetapi akan sulit menyamai kinerja tahun 2007. Selalu ada faktor risiko, salah satunya tingginya harga minyak. Oleh karena itu, investor tetap perlu melihat investasi pada saham sebagai investasi jangka panjang untuk mengurangi risiko kerugian karena fluktuasi harga dalam jangka pendek.
Eko memperkirakan, tahun 2008 aset reksa dana saham mungkin masih bisa tumbuh di atas 50 persen, jika minat investor mengalihkan sebagian investasinya untuk jangka panjang ke saham masih cukup besar karena tren penurun tingkat suku bunga masih berlangsung.
Reksa dana baru
Setelah jenis reksa dana berkembang menjadi reksa dana indeks, reksa dana terproteksi dan exchange traded fund (ETF/reksa dana indeks yang diperjualbelikan di bursa) tahun 2008, industri reksa dana juga akan diramaikan dengan jenis reksa dana baru, yaitu reksa dana dengan tujuan khusus.
Investasi reksa dana dengan tujuan khusus tidak hanya terbatas pada aset-aset yang tercatat di pasar modal saja, seperti saham perusahaan tercatat atau obligasi. Reksa dana dengan tujuan khusus ini diperkenankan berinvestasi pada proyek-proyek bahkan komoditas melalui resi gudang.
"Reksa dana jenis ini ditujukan untuk investor yang sophisticated, investor yang sudah mengetahui risiko-risiko investasi. Risiko yang dikandung reksa dana jenis ini lebih tinggi," ujar Kepala Biro Pengelolaan Investasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Djoko Hendratto.
Direktur Utama Kliring Penjaminan Indonesia Surdiyanto menambahkan, reksa dana bertujuan khusus kelak dapat pula menjadikan komoditas yang tersimpan dalam resi gudang menjadi asetnya.
"Misalkan jika Bulog memerlukan dana untuk pengadaan beras, dapat mencari dana dengan agunan resi gudang. Atau perusahaan perkebunan mencari dana dengan agunan olein atau minyak sawit mentah," ujarnya.
Saat ini pembicaraan mengenai kolaborasi antara pasar modal dan pasar komoditas dalam reksa dana bertujuan khusus sedang dibicarakan.
Pengangguran Terbuka Turun
BPS: Pengangguran Terbuka Turun
KCM, JAKARTA,RABU - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran terbuka pada Agustus 2007 mencapai 10,01 juta orang atau turun sekitar 8,42 persen dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006, dan turun 5,08 persen dari 10,55 juta orang pada Februari 2007.
Deputi BPS Bidang Statistik Sosial, Arizal Ahnaf, di Jakarta, Rabu (2/1), mengatakan, berdasarkan Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakrernas) 2007 pada 278 ribu rumah tangga, jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2007 mencapai 99,93 juta atau naik 4,68 persen dari jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2006 sebanyak 95,46 juta orang.
Angka penduduk bekerja itu naik 2,40 persen dari Februari 2007 sebanyak 97,58 juta orang. "Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2007 mencapai 9,11 persen, mengalami penurunan dibandingkan pada Februari 2007 sebesar 9,75 persen, dan Agustus 2006 sebesar 10,28 persen," kata dia pula.
Sedangkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2007 mencapai 109,94 juta orang, naik 3,33 persen dari jumlah angkatan kerja pada Agustus 2006 (106,39 juta orang) dan naik 1,67 persen dari Februari 2007 (108,13 juta orang).
Dari sisi gender, katanya, penurunan penganggur terbesar terjadi pada perempuan, yang mengalami penurunan sebesar 720 ribu orang dibandingkan dengan penganggur laki-laki yang hanya mengalami penurunan sebesar 201 ribu orang.
Selain itu, tambahnya, jumlah pekerja perempuan dari Agustus 2006-Agustus 2007 bertambah 3,30 juta, terbesar di sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan jumlah pekerja laki-laki hanya bertambah 1,17 juta orang terutama di sektor jasa dan konstruksi. "Tingginya peningkatan penduduk perempuan yang bekerja di samping karena dorongan ekonomi, kemungkinan juga karena semakin terbukanya kesempatan bekerja bagi kaum perempuan," tuturnya.
Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan, ujarnya, sebagian besar berasal dari perempuan yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga (bukan angkatan kerja). Selain itu, peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan terjadi di kegiatan informal, katanya, memberikan indikasi adanya kemudahan keluar masuk ke pasar kerja.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, jumlah orang yang termasuk setengah pengangguran (orang yang bekerja di bawah 35 jam per minggu) menunjukkan kecenderungan yang meningkat pada Agustus 2007 (30,37 juta orang) dibandingkan Februari 2007 (30,24 juta orang) maupun keadaan Agustus 2006 (29,10 juta orang). "Oleh sebab itu, maka sebenarnya jumlah penduduk yang ’under employment’ (tidak punya pekerjaan tetap-red) sebenarnya 40,38 juta orang (36,73 persen-red)," katanya.
Dijelaskannya, penambahan jumlah penduduk yang bekerja selama setahun terakhir, tertinggi terjadi pada sektor perdagangan (1,34 juta orang) diikuti sektor pertanian (1,07 juta orang) dan jasa kemasyarakatan (664 ribu orang).
Berdasarkan status pekerjaan, pada Agustus 2007, sekitar 69 tenaga kerja masih bekerja di sektor informal. "Peningkatan tenaga kerja dengan status ’pekerja tidak dibayar’ yang cukup tinggi dibanding Agustus 2006 (1,11 juta orang-red), menjadi sesuatu hal yang dapat memperkuat dugaan bahwa unsur "keterpaksaan" dalam bekerja menjadi semakin kuat," katanya.
Dia mencontohkan, istri yang membantu suami berdagang merupakan contoh pekerja yang tidak dibayar. "Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006, terjadi penurunan angka pengangguran di sebagian besar provinsi, kecuali tiga propinsi yaitu Sumatera Selatan, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur yang mengalami kenaikan," katanya.
Berdasarkan wilayah, tingkat pengangguran tertinggi terjadi di wilayah Provinsi Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, yaitu masing-masing 15,75 persen, 13,08 persen, dan 12,57 persen. Sedangkan provinsi dengan tingkat pengangguran terkecil terjadi adalah Nusa Tenggara Timur 3,72 persen. Dan jumlah pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari delapan jam perminggu, katanya, hanya 1,05 juta orang atau 1 persen dari keseluruhan jumlah penduduk bekerja. (ANT/EDJ)
KCM, JAKARTA,RABU - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran terbuka pada Agustus 2007 mencapai 10,01 juta orang atau turun sekitar 8,42 persen dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006, dan turun 5,08 persen dari 10,55 juta orang pada Februari 2007.
Deputi BPS Bidang Statistik Sosial, Arizal Ahnaf, di Jakarta, Rabu (2/1), mengatakan, berdasarkan Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakrernas) 2007 pada 278 ribu rumah tangga, jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2007 mencapai 99,93 juta atau naik 4,68 persen dari jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2006 sebanyak 95,46 juta orang.
Angka penduduk bekerja itu naik 2,40 persen dari Februari 2007 sebanyak 97,58 juta orang. "Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2007 mencapai 9,11 persen, mengalami penurunan dibandingkan pada Februari 2007 sebesar 9,75 persen, dan Agustus 2006 sebesar 10,28 persen," kata dia pula.
Sedangkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2007 mencapai 109,94 juta orang, naik 3,33 persen dari jumlah angkatan kerja pada Agustus 2006 (106,39 juta orang) dan naik 1,67 persen dari Februari 2007 (108,13 juta orang).
Dari sisi gender, katanya, penurunan penganggur terbesar terjadi pada perempuan, yang mengalami penurunan sebesar 720 ribu orang dibandingkan dengan penganggur laki-laki yang hanya mengalami penurunan sebesar 201 ribu orang.
Selain itu, tambahnya, jumlah pekerja perempuan dari Agustus 2006-Agustus 2007 bertambah 3,30 juta, terbesar di sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan jumlah pekerja laki-laki hanya bertambah 1,17 juta orang terutama di sektor jasa dan konstruksi. "Tingginya peningkatan penduduk perempuan yang bekerja di samping karena dorongan ekonomi, kemungkinan juga karena semakin terbukanya kesempatan bekerja bagi kaum perempuan," tuturnya.
Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan, ujarnya, sebagian besar berasal dari perempuan yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga (bukan angkatan kerja). Selain itu, peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan terjadi di kegiatan informal, katanya, memberikan indikasi adanya kemudahan keluar masuk ke pasar kerja.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, jumlah orang yang termasuk setengah pengangguran (orang yang bekerja di bawah 35 jam per minggu) menunjukkan kecenderungan yang meningkat pada Agustus 2007 (30,37 juta orang) dibandingkan Februari 2007 (30,24 juta orang) maupun keadaan Agustus 2006 (29,10 juta orang). "Oleh sebab itu, maka sebenarnya jumlah penduduk yang ’under employment’ (tidak punya pekerjaan tetap-red) sebenarnya 40,38 juta orang (36,73 persen-red)," katanya.
Dijelaskannya, penambahan jumlah penduduk yang bekerja selama setahun terakhir, tertinggi terjadi pada sektor perdagangan (1,34 juta orang) diikuti sektor pertanian (1,07 juta orang) dan jasa kemasyarakatan (664 ribu orang).
Berdasarkan status pekerjaan, pada Agustus 2007, sekitar 69 tenaga kerja masih bekerja di sektor informal. "Peningkatan tenaga kerja dengan status ’pekerja tidak dibayar’ yang cukup tinggi dibanding Agustus 2006 (1,11 juta orang-red), menjadi sesuatu hal yang dapat memperkuat dugaan bahwa unsur "keterpaksaan" dalam bekerja menjadi semakin kuat," katanya.
Dia mencontohkan, istri yang membantu suami berdagang merupakan contoh pekerja yang tidak dibayar. "Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006, terjadi penurunan angka pengangguran di sebagian besar provinsi, kecuali tiga propinsi yaitu Sumatera Selatan, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur yang mengalami kenaikan," katanya.
Berdasarkan wilayah, tingkat pengangguran tertinggi terjadi di wilayah Provinsi Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, yaitu masing-masing 15,75 persen, 13,08 persen, dan 12,57 persen. Sedangkan provinsi dengan tingkat pengangguran terkecil terjadi adalah Nusa Tenggara Timur 3,72 persen. Dan jumlah pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari delapan jam perminggu, katanya, hanya 1,05 juta orang atau 1 persen dari keseluruhan jumlah penduduk bekerja. (ANT/EDJ)
Langganan:
Postingan (Atom)