Cari Blog Ini

Pengikut

Laman

Selasa, 25 Desember 2007

Riset Replikasi

Riset Replikasi

Penelitian replikasi dengan ekstensi (replication with extention) yang akhir-akhir ini mendapat perhatian dan sekaligus didorong untuk lebih banyak dilakukan dalam penelitian ilmu sosial (Hubbard dan Armstrong, 1994; Singh, Ang dan Leong, 2003). Riset replikasi merupakan salah satu cara teknik metodologi yang memberikan kontribusi verifikasi atas data riset survei. Kritik terhadap riset replikasi muncul bahwa perhatian terbatas diberikan pada berbagai fungsi proses verifikasi. Paradigma replikasi diformulasikan untuk memperjelas terminologi dan fungsi-fungsinya. Paradigma terdiri dari empat jenis replikasi utama, yaitu pengujian ulang (retest), internal, independen, dan teoritis. Semuanya dianalisis dan dijelaskan oleh berbegai riset replikasi yang dipublikasikan. Alasan inilah yang memberikan dukungan semakin meningkatnya riset replikasi (La Sorte, 2003).

Penelitian replikasi biasanya didefinisikan sebagai “the duplication of a previously published empirical study to determine whether the findings of that study are repeatable” (Sing et al, 2003: 534). Penelitian ini biasanya dilakukan dengan dua maksud, yaitu mengurangi proliferasi dari kesalahan Tipe I dalam statistik dan kehendak memperluas kerampatan (generalizability) dari suatu temuan. Kesalahan Tipe I adalah “errorneous rejections of the null hypotheses” (penolakan yang kurang tepat terhadap hipotesis nol, yaitu pernyataan yang menduga tidak ada hubungan atau pengaruh antar variabel). Dalam ilmu sosial, publikasi sering bias dengan memberikan porsi lebih besar untuk hasil penelitian yang secara statistik bermakna atau signifikan (misal dengan p < 0,05), sehingga tidak jarang para peneliti sibuk dengan berbagai cara melakukan data mining (merekayasa hasil). Proliferasi kebiasaan buruk demikian dapat diatasi melalui perluasaan penelitian replikasi.

Kerampatan dalam penelitian ilmu sosial penting karena dalam ilmu sosial aspek proses dan konteks sama pentingnya dengan konten (content). Replikasi akan memperkuat derajat keandalan (reliability) dari suatu hasil penelitian. Melalui replikasi para peneliti dapat memilah-milah hasil yang sahih (valid) dan karenanya dapat dirampatkan di satu pihak dan temuan yang tidak sahih dan tidak dapat dirampatkan. Tepat apa yang dikemukakan oleh Rosenthal dan Rosnow (Hubard dan Armstrong, 1994) yang menyatakan bahwa “replicability is almost universally accepted as the most important criterion of genuine scientific knowledge”.

Penelitian replikasi tentu mengandung risiko. Banyak penelitian replikasi dianggap memberikan sumbangan kecil bagi kemajuan ilmu. Monroe (Easly, 1995) menulis:

"A paradox of replication in the social science is that a researcher who operationally replicates and finds nonsupport for previous work may be accused of not being true to the original method, but if the researcher finds support for the previous work, then the argument will be made that nothing new has been learned."

Penelitian replikasi sulit dilakukan dalam penelitian manajemen strategis karena tiga alasan, yaitu masil belum solidnya teori-teori tentang strategi, kompleksitas model penelitian yang ada, dan sulitnya memperoleh data yang akurat (Sing et al, 2003: 536). Atas pertimbangan ini, para peneliti berpatokan pada prinsip “good enough principle”, yang sifatnya lebih pragmatik. Atas dasar prinsip ini, replikasi dilakukan dengan membuka ruang bagi variasi dan modifikasi sejauh bukan merupakan penyimpangan jauh (major deviation) dari penelitian terdahulu.

Perluasan replikasi menjadi penting untuk menjamin reliabilitas dan validitas riset dan untuk memperkuat pengembangan teori, khususnya paradigma di bidang ilmu pengetahuan sosial, misalnya manajemen strategi. Sampai sekarang, sangat sedikit riset replikasi yang dipublikasikan (Singh, Siah & Siew, 2003).
Singh, Siah & Siew (2003) mengusulkan tiga jenis pengukuran untuk meningkatkan akumulasi pengetahuan strategi melalui peningkatan riset replikasi, yaitu:
1. re-konseptualisasi riset replikasi sebagai riset replikasi yang cukup baik,
2. membangun rerangka kerja yang fokus pada replikasi untuk meningkatkan pemahaman pengembangan teori, dan
3. meningkatkan arti penting untuk memperomosikan dan mempublikasikan riset replikasi.

Tsang dan Kwam (1999) dalam Singh, Siah & Siew (2003) menyatakan bahwa terdapat 6 jenis replikasi yang terbagi dalam dua dimensi:
(1) apakah menggunakan metode pengukuran konstruk yang sama untuk menganalisa data yang diperoleh; dan
(2) apakah menggunakan sumber daya yang sama. Keenam kategori replikasi (mengecek analisis; ketepatan replikasi; generalisasi empiris; re-analisis data; pengembangan konsep; dan generalisasi dan pengembangan) digunakan untuk memahami perbedaan pendekatan dalam melakukan replikasi.
Replikasi secara khusus digunakan dalam menghadapi dua permasalahan riset yang timbul di lapangan: proteksi terhadap kesalahan tipe I dan memperkuat generalisasi temuan empiris. Kecenderungan menolak hipotesis nol dalam ilmu pengetahuan perilaku (Bakan, 1967; Hubbard & Amstrong, 1992; McNemar, 1960 dalam Singh et al., 2003) mungkin terjadi bias di mana riset riset yang menemukan hasil secara statistic signifikan dipublikasikan, sementara beberapa replikasi gagal mendeteksi hasil yang tidak sama (Rosenthak, 1979 dalam Singh et al., 1994).
Alasan generalisasi untuk replikasi meninggalkan semakin banyak kompleksitas fenomena riset pada ilmu sosial. Sejumlah kekuatan besar yang mempengaruhi perilaku organisasi dan sumber daya manusia, dan kesulitan menarik konklusi. Perkembangan penemuan pada aplikasi teori secara khusus menemukan bahwa observasi pertama perlu pengujian secara luas.
Pentingnya riset replikasi dijelaskan dala replikasi terakhir yang dilakukan oleh Lane, Cannella & Lubatkin (1998) dalam riset Amihud & Lev (1981). Perkembangan riset replikasi terakhir mengenai apa yang menjadi petunjuk dalam pustaka teori agensi (pengaruh pengawasan pemilik terhadap perilaku manajernya). Walaupun demikian, hampir tidak ada usaha untuk menverifikasi atau generalisasi penemuan-penemuan tersebut melalui replikasi.
Lane et al. (1998) melakukan replikasi penelitian Amihud & Lev dengan menggunakan sampel yang hampir sama dengan sampel aslinya, dengan mengadopsi konsep manajemennya, dan hasil penelitian replikasi mereka tidak mendukung hasil penelitian Amihud dan Lev (1981).
Banyak riset menemukan masih sangat sedikit riset replikasi dalam berbagai disiplin riset bisnis, misalnya ekonomi (Dewald et al., 1994; Feigenbaum & Levy, 1993), keuangan (Kane, 1984), pemasaran (Hubbard & Amstrong, 1994; Raman, 1994), dan management (Hubbard et al., 1998) dalam Singh (2003). Dari 701 sampel riset empiris yang dipublikasikan tahun 1990-an selama lebih dari 20 tahun, Hubbard et al. (1998) tidak menemukan replikasi langsung, dan hanya 37 replikasi dengan perluasan dalam manajemen strategi. Evaluasi terhadap ke 37 riset replikasi ditemukan beberapa perbedaan bentuk publikasi, lebih banyak publikasi yang mendukung hasil riset daripada publikasi yang menolak hasil riset sebelumnya. Hubbard et al. (1998) menunjukkan masih kurangnya riset replikasi dalam manajemen strategi. Berkaitan dengan hasil penemuan ini, menunjukkan bahwa dalam usaha mencari keyakinan karakteristik riset strategi sekarang ini (Shrivastava, 1987 dalam Singh et al., 2003) dan identifikasi replikasi sebagai aspek kunci dari proses replikasi (Schendel, 1995 dalam Singh et al., 2003).

Konklusi atas ketidakcukupan riset replikasi dalam manajemen strategi inilah menjadi asumsi bahwa publikasi replikasi mencerminkan kuantitas riset replikasi sesungguhnya dapat diterima. Hal ini memungkinkan bahwa perluasan riset replikasi sesungguhnya sedang berlangsung tetapi hasil riset replikasi tidak dipblikasikan.
Hal ini terjadi jika riset replikasi secara konsisten menemukan hasil yang signifikan, baik yang mendukung maupun yang menolak (Rosenthal, 1979 dalam Singh et al., 2003). Sebagai alternatif, hal ini memungkinkan bahwa perluasan riset replikasi tidak dipublikasikan karena riset asli lebih baik atau adanya persepsi bahwa replikasi kurang berguna atau tidak kreatif (Madden, Easley & Dunn, 1995; Neuliep 7 Crandall, 1991 dalam Singh et al., 2003).
Ada beberapa alasan yang dapat dikembangkan untuk mengetahui publikasi riset replikasi yang masih terbatas jumlahnya (Singh et al., 2003):
(1) ketidakmampuan untuk mempublikasikan (Reid et al., 1981);
(2) percaya bahwa replikasi yang mendukung riset asli dan tidak memberikan kontribusi baru, oleh karena itu tidak diterima untuk publikasi (Dewald et al., 1986; Kane, 1984; Lindsay & Ehrenberg, 1993);
(3) Adanya sikap keengganan untuk menerima hasil riset replikasi yang bertentangan dengan riset asli (Hubbard, 1994); dan
(4) percaya bahwa adanya pandangan kurang positif terhadap riset replikasi sebagai suatu jurnal ilmiah (Hubbard & Armstrong, 1994; Kerr et al., 1977; Nueliep & Crandall, 1991, 1993).
Sebagai tambahan, menurut Singh et al. (2003) bahwa ada tiga alas an yang dapat menjelaskan mengapa periset kurang menitik-beratkan pada riset replikasi (misal, Bergh & Holbein, 1997; Bowen & Wiersema, 1999; Hoskisson, Hitt, Wan & Yiu, 1999; Schendel, 1995; Shrivastara, 1987). Ketiga alasan tersebut adalah
(1) posisi kekuatan teori strategi mereka secara relatif lemah;
(2) model strategi rumit; dan
(3) kesulitan memperoleh data.
Rudyanto - Graduate Business School IBII Jakarta

Air Beracun - Bencana Lingkungan Terburuk Buatan Manusia

Republika/Senin, 03 September 2007 16:18:00
Air Beracun, Bencana Lingkungan Terburuk Buatan Manusia
Jakarta-RoL-
Sebuah penelitian internasional, yang belum lama ini dipublikasikan dalam sidang "Royal Geographical Society", pekan lalu, menyebutkan bahwa air minum yang terkontaminasi zat arsen adalah bencana lingkungan terburuk yang pernah dibuat oleh manusia.
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Universitas Cambridge itu mendapati bahwa air minum telah tercemar arsen di 60 negara di 5 benua, yang terburuk ada di kawasan Asia Selatan, terutama Bangladesh. Kesehatan 140 juta orang terancam zat arsenik, kebanyakan mereka adalah penduduk di negara-negara berkembang. Memang, zat arsenik di beberapa tempat terkandung secara alamiah di air bawah tanah.
Lewat kesalahan manusia zat berbahaya itu akhirnya masuk dalam siklus makanan dengan jumlah yang sangat banyak. Polusi ini terjadi saat organik mati di lapisan bebatuan dan menyebabkan lingkungan sekitarnya hampa oksigen. Lalu mikroba melepaskan oksida besi juga arsenik yang biasanya mengikat erat oksida besi. Walaupun kandungan tinggi arsenik terdapat sekitar Sungai Gangga di India dan Bangladesh, badan bantuan internasional termasuk UNICEF dan Bank Dunia, pada tahun 1970an mulai menggalakkan kampanye sumur bawah tanah agar penduduk tidak terkontaminasi arsen. Proyek itu sukses, dengan indikasi penurunan angka 50 persen paparan diare dan kematian bayi.
Namun kekhawatiran terhadap kontaminasi zat arsenik tetap mengemuka, terlebih ketika seorang peneliti Dipankar Chakraborti membawa masalah ini ke forum internasional pada tahun 1975. Penelitian Dipankar menyebutkan bahwa 900 desa terpapar arsen, dan angka ini sebut adalah fenomena gunung es, masih banyak yang menderita tapi belum terdeteksi.
Sementara itu Adam Smith dari Universitas California, Berkeley, mengatakan bahwa 1 dari 10 orang yang mengkonsumsi air minum yang terkontaminasi arsen akan mati lebih cepat. Arsenik adalah zat bersifat karsinogen - menyebabkan kanker - tapi kebanyakan kasus mempengaruhi paru-paru. Smith menambahkan, "Paparan lingkungan hidup yang lain tidak terlalu berakibat fatal, saya tidak tahu adakah lembaga pemerintah yang khusus memprioritaskan penanganan masalah ini."
Kontaminasi dengan skala besar ditemukan para peneliti di negara-negara Asia, seperti Cina, Kamboja, dan Vietnam, juga di Amerika Selatan dan Afrika. Hal serupa juga terjadi di Amerika utara, walaupun tidak terlalu menjadi masalah karena mereka memiliki peralatan yang memadai.Peter Ravenscroft dari Universitas Cambridge menyebutkan tim peneliti telah mengembangkan model penelitian yang bisa memetakan daerah yang terkontaminasi arsen.
Selain masalah arsen yang tersimpan di air minum, para peneliti juga mencermati kontaminasi arsen yang telah pindah ke tanah. Arsen yang masuk ke padi, misalnya, bisa sangat membahayakan orang yang tiap hari mengkonsumsi padi. Kata Andres Meharg dari Universitas Aberdeen, arsen yang telah pindah ke tanah bukan cuma berbahaya buat penduduk di sekitar lokasi, tapi juga manusia seluruh planet yang memakan beras dari tempat itu. (antara/abi)

10 KESALAHAN BESAR DALAM PERKAWINAN

10 KESALAHAN BESAR DALAM PERKAWINAN
Tak ada gading yang tak retak. Begitu kata pepatah untuk menggambarkan ketidaksempurnaan kita sebagai manusia yang kerap melakukan kesalahan. Meski begitu, kesalahan tetap bisa dihindari atau diperbaiki. Termasuk kesalahan-kesalahan yang kerap kita lakukan dalam perkawinan. Nah, berikut ini sejumlah kesalahan yang paling sering dilakukan pasangan dalam sebuah perkawinan yang tak jarang memberi dampak amat buruk yaitu perceraian. Karena itu, simak baik-baik dan sedapat mungkin hindarilah.
1.Kurang Menghormati
Jangan menjelek-jelekan pasangan kepada teman-teman atau rekan kerja. Ingat, Anda dan suami/istri saling membutuhkan dan masing-masing juga harus tahu bahwa dirinya dihormati pasangan.
2. Tak Mengindahkan atau Mendengarkan
Jangan memberikan perhatian lebih kepada komputer, teve, dan lainnya sementara pasangan sedang berada di sisi kita. Perhatikan pula bahasa tubuh pasangan karena dari situ kita juga bisa tahu, apa yang sebetulnya ia inginkan.
3. Kurang Gairah
Padamnya gairah, tak ada lagi kemesraan apalagi keintiman, merupakan tanda-tanda bahaya dari sebuah perkawinan. Jangan tunggu lebih lama lagi. Segeralah cari nasihat dari penasihat perkawinan atau dokter yang bisa membantu jika memang harus dilakukan pengobatan tertentu. Jangan biarkan pasangan Anda bertanya, mengapa Anda tidak tertarik (lagi) pada seks.
4. Selalu Harus Benar & Menang
Sikap selalu menggurui bahkan memerintah pasangan atau harus selalu menang di dalam setiap percakapan, juga merupakan bahaya besar yang mengancam kehidupan perkawinan. Jarang sekali ada orang yang bisa bertahan menyintai pasangan yang selalu mau menang sendiri, inginnya dituruti, tak boleh dibantah. Sesekali terimalah, bahwa ada kesalahan yangt telah Anda buat dan jangan selalu menjawab setiap pertanyaan yang sederhana dengan kalimat panjang dengan nada tinggi pula.
5. Cerewet
Terlalu banyak bicara juga amat menjengkelkan pasangan kita, lo. Lebih baik bertindak daripada cuma banyak bicara. Jika Anda mengatakan akan megerjakannya, kerjakanlah! Dan bila Anda tidak mau mengerjakannya, tinggalkan!
6. Sindiran Menyakitkan
Jika pasangan berbicara dengan gaya dan kalimat yang menyakitkan, coba pikirkan baik-baik, kemudian tenangkan hati dan jangan membantah atau balik menyerang. Cobalah mengerti, pasangan sedang tidak memiliki rasa humor atau tengah sensitif. Jika keadaan sudah tenang, ajak ia bicara baik-baik. Tak perlu balas menyindir atau melontarkan kata-lata menyakitkan karena masalah tak akan pernah selesai dengan cara seperti itu.
7. Ketidakjujuran
Berbohong dan mempunyai rahasia di dalam perkawinan hanya akan menciptakan jarak alias jurang pemisah dia antara Anda berdua. Awalilah kehidupan perkawinan dengan kejujuran dan niat tulus untuk tidak akan berbohong dan bersikap tak jujur pada belahan jiwa.
8. Menyebalkan
Jelas, suatu perilaku buruk yang terus saja dilakukan, akan membuat pasangan kesal dan sebal. Ingat, lo, kesabaran manusia ada batasnya. Jika Anda selalu mengritik segala tindakan pasangan, kelewat mencampuri urusannya sampai terkesan mendikte, tak pernah "absen" memberi komentar, jangan salahkan pasangan jika satu saat ia berpaling ke lain hati. Coba, deh, tempatkan diri di posisi dia. Pasti Anda pun akan melakukan hal sama. Jadi, berhentilah bersikap menyebalkan.
9. Egois & Pelit
Giliran belanja untuk keperluan sendiri, Anda tidak peduli berapa besarnya harus mengeluarkan uang namun begitu untuk keperluan pasangan, Anda tiba-tiba berubah menjadi seorang juru hitung yang amat handal. Kalau mengajak makan di restoran, Anda selalu memilih yang termurah atau bermuka masam ketika sanak keluarganya datang berkunjung ke rumah. Nah, tanggalkan sikap-sikap yang menjengkelkan seperti itu. Ingat, Anda dan pasangan adalah belahan jiwa yang saling memerlukan dan harusnya saling mengisi.
10. PemarahSetiap pasangan harus dapat menghadapi konflik dengan cara yang positif. Jika Anda memiliki sifat pemarah, mungkin Anda dapat memenangkan perselisihan yang terjadi namun pada akhirnya malah bisa mengakibatkan kehilangan semuanya. Anda tak mau hal itu terjadi, kan?
12 CARA MEMPERBAIKI PERKAWINAN
1. Bersikap jujur.
2. Saling mendorong cita-cita untuk mendapatkan keberhasilan bersama.
3. Saling menghormati.
4. Luangkanlah waktu bersama untuk saling membagi cita-cita.
5. Luangkan waktu untuk berdialog, berdiskusi dalam percakapan sehari-hari sebagai cara untuk meningkatkan dan memperbaiki komunikasi.
6. Tertawalah bersama-sama sekurang-kurangnya sehari sekali.
7. Selisih paham boleh-boleh saja, tapi lakukan dengan cara yang fair.
8. Bersedia untuk saling memaafkan.
9. Ingat, saling berbaik hati adalah suatu hadiah yang amat besar nilainya.
10. Saling berbagi keinginan sehari-hari.
11. Buatlah keputusan bersama mengenai keuangan, disiplin anak-anak, pekerjaan rumah, liburan, dan lainnya. Jangan putuskan segala sesuatu sendirian. Ingat, dua kepala lebih baik dari satu kepala!
12. Luangkanlah waktu untuk berdua saja agar rasa keintiman terus terjalin dengan baik dan makin kuat. Rencakanlah liburan atau bepergian berdua yang romantis.

10 ALASAN UNTUK PERCAYA ALKITAB

10 ALASAN UNTUK PERCAYA ALKITAB
1. KEJUJURANNYA
Alkitab sungguh jujur. Alkitab memperlihatkan Yakub, bapak dari "bangsa pilihan," sebagai seorang penipu. Alkitab juga menggambarkan Musa, sang pemberi Hukum Taurat, sebagai seorang pemimpin yang merasa tidak aman dan keras kepala, yang dalam usaha pertamanya untuk menolong bangsanya sendiri, membunuh seorang laki-laki dan kemudian lari menyelamatkan diri ke padang gurun. Alkitab menggambarkan Daud bukan hanya sebagai raja yang paling dikasihi, panglima perang, dan pemimpin rohani, tetapi juga sebagai orang yang mengambil isteri orang lain dan kemudian, untuk menutupi dosanya, bersekongkol untuk membunuh sang suami. Pada satu sisi, Kitab Suci pernah menilai bahwa umat Allah, bangsa Israel, begitu buruk sehingga Sodom dan Gomora tampak baik bila dibandingkan dengan mereka.
{#/TB Yeh 16:46-52} Alkitab memperlihatkan bahwa sifat alamiah manusia memusuhi Allah. Alkitab memprediksikan masa depan yang penuh dengan masalah. Alkitab mengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan jalan ke Neraka lebar. Jelaslah, Kitab Suci ini tidak ditulis untuk mereka yang hanya menginginkan jawaban sederhana atau pandangan terhadap agama dan manusia yang ringan dan serba optimis.
2. KETAHANANNYA
Ketika negara Israel yang modern muncul kembali setelah ribuan tahun orang Israel tercerai-berai, seorang gembala Beduin menemukan satu dari harta karun arkeologis yang paling penting di zaman ini. Dalam sebuah gua di tepi Barat Daya Laut Mati, di dalam sebuah buli-buli yang pecah ditemukan dokumen-dokumen yang telah disembunyikan selama dua ribu tahun. Temuan-temuan tambahan menghasilkan salinan-salinan naskah yang umurnya seribu tahun lebih tua dari salinan-salinan tertua yang diketemukan sebelumnya. Satu dari yang paling penting adalah salinan kitab Yesaya. Isinya ternyata sama dengan kitab Yesaya yang ada di Alkitab kita. Gulungan-gulungan naskah Laut Mati itu muncul dari debu bagaikan jabatan tangan yang bersifat simbolik untuk mengucapkan selamat datang kepada bangsa Israel yang baru kembali ke tanah airnya. Gulungan-gulungan itu menyingkirkan pendapat dari sebagian orang yang mengatakan bahwa Alkitab yang asli sudah hilang ditelan waktu dan sudah rusak.
3. PERNYATAANNYA MENGENAI DIRINYA SENDIRI
Apa yang dikatakan Alkitab tentang dirinya sendiri adalah hal yang penting untuk diketahui. Jika para penulis Kitab Suci sendiri tidak pernah mengklaim bahwa mereka berbicara bagi Allah, tentunya kita berbuat lancang jika kita membuat klaim itu bagi mereka. Mungkin kita juga akan menghadapi persoalan lain. Kita mungkin akan menghadapi sejumlah misteri yang tidak terpecahkan, yang terkandung di dalam tulisan yang bersifat historis dan etis. Dan kita tidak akan mempunyai sebuah buku yang telah mengilhami munculnya sinagoga dan gereja yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Suatu Alkitab yang tidak mengklaim bahwa ia berbicara atas nama Allah tentunya tidak akan menjadi fondasi bagi iman ratusan juta orang Yahudi dan Kristen (#/TB 2Pe 1:16-21).
Namun, dengan didukung oleh bukti dan argumentasi yang cukup, para penulis Alkitab telah mengklaim bahwa mereka diilhami oleh Allah. Berhubung jutaan orang telah mempertaruhkan kehidupan mereka saat ini dan saat kekekalan pada klaim-klaim itu, Alkitab bukanlah buku yang baik jika para penulisnya berbohong secara konsisten tentang sumber informasi mereka.
4. MUKJIZATNYA
Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir memberikan dasar historis untuk mempercayai bahwa Allah telah menyatakan Diri-Nya sendiri kepada Israel. Seandainya Laut Merah tidak terbelah sebagaimana yang diceritakan Musa, Perjanjian Lama kehilangan otoritasnya untuk berbicara atas nama Allah. Demikian pula Perjanjian Baru juga bergantung pada mukjizat. Seandainya Yesus secara badani tidak bangkit dari kematian, Rasul Paulus mengatakan bahwa iman Kristen didirikan di atas kebohongan. (#/TB 1Ko 15:14-17)
Untuk memperlihatkan kredibilitasnya, Perjanjian Baru menyebutkan saksi-saksinya, dan ini dilakukannya di dalam kerangka-waktu yang memungkinkan klaim-klaim itu diuji kebenarannya. (#/TB 1Ko 15:1-8)
Banyak dari para saksi itu akhirnya mati sebagai martir, bukan untuk membela keyakinan moral atau rohani yang abstrak tetapi untuk klaim mereka bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Memang mati sebagai martir bukan hal aneh, namun tetaplah penting untuk menyadari apa yang menyebabkan mereka rela kehilangan nyawanya.
Banyak orang rela mati untuk sesuatu yang mereka percaya sebagai kebenaran. Dan tidak ada yang rela mati untuk sesuatu yang mereka tahu sebagai kebohongan.
5. KESATUANNYA
Empat puluh pengarang yang berbeda menulis 66 kitab dalam Alkitab selama lebih dari 1.600 tahun. Empat ratus tahun yang hening memisahkan 39 kitab Perjanjian Lama dari 27 kitab Perjanjian Baru. Namun demikian, dari Kejadian sampai Wahyu, semua kitab menceritakan satu cerita yang utuh. Bersama-sama mereka memberikan jawaban yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dapat kita tanyakan: Mengapa kita di sini? Bagaimana kita dapat mengatasi rasa takut? Bagaimana kita dapat berhasil? Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita yang buruk dan tetap berpengharapan? Bagaimana kita dapat berdamai dengan Pencipta kita? Jawaban-jawaban Alkitab yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan ini memper lihatkan bahwa Kitab Suci bukanlah banyak buku melainkan satu buku.
6. KEAKURATANNYA DARI SEGI SEJARAH DAN GEOGRAFI
Selama berabad-abad banyak orang meragukan keakuratan Alkitab dari segi sejarah dan geografi. Namun para arkeolog modern berulang-ulang telah menggali dan menemukan bukti mengenai orang-orang, tempat-tempat, dan kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan dalam Kitab Suci. Dari waktu ke waktu, deskripsi dalam Alkitab telah dibuktikan sebagai catatan yang lebih dapat diandalkan daripada spekulasi para ahli. Turis masa kini yang mengunjungi musium dan tempat-tempat yang dilukiskan di Alkitab mau tak mau sangat terkesan dengan latar belakang geografis dan historis dari teks Alkitab yang ternyata riil.
7. REKOMENDASI DARI KRISTUS
Banyak orang telah mengatakan hal yang baik mengenai Alkitab, tetapi tidak ada yang memberi rekomendasi sekuat yang diberikan Yesus dari Nazaret. Ia merekomendasikan Alkitab bukan hanya dengan ucapan-Nya tetapi juga dengan kehidupan-Nya. Pada saat-saat pencobaan-Nya, pengajaran di hadapan orang banyak, dan penderitaan-Nya, Yesus dengan jelas memperlihatkan bahwa Ia mempercayai Kitab Suci Perjanjian Lama lebih dari sekadar tradisi nasional.
(#/TB Mat 4:1-11; 5:17-19) Yesus percaya bahwa Alkitab adalah buku tentang Diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang senegeri-Nya Ia berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu."(#/TB Yoh 5:39-40)
8. KEAKURATAN RAMALANNYA
Dari zaman Musa, Alkitab telah meramalkan peristiwa-peristiwa yang tak seorang pun ingin mempercayainya. Sebelum Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Musa meramalkan bahwa Israel akan tidak setia, bahwa Israel akan kehilangan tanah yang Allah berikan kepadanya, dan bahwa Israel akan tercerai-berai ke seluruh dunia, dikumpulkan kembali, dan kemudian dibangun kembali (#/TB Ula 28-31).
Pusat dari ramalan Perjanjian Lama adalah janji tentang Mesias yang akan menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka dan pada akhirnya membawa penghakiman dan kedamaian bagi seluruh dunia.
9. KEBERLANGSUNGANNYA
Kitab-kitab Musa ditulis 500 tahun sebelum kitab-kitab Hindu yang paling awal. Musa menulis kitab Kejadian 2.000 tahun sebelum Muhammad menulis Qur'an. Selama masa yang panjang itu, tak ada buku yang dikasihi atau dibenci seperti Alkitab. Tak ada buku yang secara konsisten telah dibeli, dipelajari, dan dikutip seperti Alkitab. Sementara jutaan judul-judul lain muncul dan tenggelam, Alkitab tetap merupakan buku yang menjadi ukuran bagi buku-buku lain. Sekalipun sering diabaikan oleh orang yang merasa tak nyaman dengan ajaran-ajarannya, Alkitab tetap merupakan buku utama dari peradaban Barat.
10. KUASANYA UNTUK MENGUBAH HIDUP MANUSIA
Orang yang tidak percaya sering menunjuk kepada mereka yang mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab tetapi hidupnya tidak berubah. Tetapi sejarah juga ditandai oleh mereka yang kehidupannya menjadi lebih baik oleh karena buku ini. Sepuluh Perintah Allah telah menjadi sumber pengarahan moral bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya. Mazmur-mazmur Daud telah memberikan kekuatan pada waktu kesulitan dan kehilangan. Khotbah Yesus di Bukit telah menjadi obat bagi jutaan orang untuk mengatasi kesombongan dan sikap legalisme.
Uraian Paulus mengenai Kasih di #/TB 1Ko 13 telah banyak melunakkan hati yang sedang marah. Perubahan hidup dari orang-orang seperti Rasul Paulus, Agustinus, Martin Luther, John Newton, Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis menunjukkan perubahan yang dapat dilakukan Alkitab. Bahkan satu bangsa atau suku seperti Celtic di Irlandia, Viking yang liar di Norwegia, atau Indian Auka di Equador telah diubah oleh Firman Allah dan kehidupan serta karya Yesus Kristus yang tak terbandingkan.
ANDA TIDAK SENDIRIAN jika Anda masih meragukan Alkitab. Alkitab, sama seperti dunia di sekitar kita, memang mengandung unsur-unsur misteri. Namun demikian, jika Alkitab benar-benar seperti yang dikatakannya, Anda tidak perlu memilah-milah sendiri bukti-bukti yang ada. Yesus justru menjanjikan pertolongan ilahi bagi mereka yang ingin mengenal kebenaran tentang diri-Nya dan ajaran-Nya. Sebagai tokoh utama dari Perjanjian Baru, Yesus berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak Allah, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri." (#/TB Yoh 7:17)
Satu kunci penting untuk mengerti Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak pernah bermaksud untuk menarik kita kepada dirinya sendiri. Setiap prinsip di dalam Alkitab memperlihatkan kebutuhan kita akan pengampunan yang disediakan Kristus bagi kita. Alkitab memperlihatkan mengapa kita perlu membiarkan Roh Kudus hidup melalui kita. Untuk hubungan yang seperti inilah Alkitab diberikan kepada kita.
AMIEN.
Sumber: rmailto:rohani@yahoogroups.com

TIPS MEMBERI NAMA ANAK

9 TIPS MEMBERI NAMA ANAK

Memberikan nama untuk anak itu susah-susah gampang. Salah-salah nama bisa jadi beban buat si Anak. Maka hati-hatilah dalam memberikan nama untuk anak tersayang. Karena nama akan disandang seumur hidupnya.

1. Nama itu mengandung do'a.
Nama anak itu cermin harapan orang tua. Nama itu mengandung Do'a.Tetapi do'anya yang singkat saja. Kalau terlalu panjang nanti dikira Tahlil atau Wirid. Kalau dipanggil bukannya nengok, malah bilang "Amiinn.."

2. Nama jangan nyusahin orang Kelurahan
Nama anak mudah dibaca dan mudah ditulis. Meskipun tampaknya bagus,jangan pakai huruf mati yang digandeng-gandeng atau didobel-dobel (mis. Lloyd, Nikky, Thasya, dll). Biasanya sama petugas Kelurahan akan terjadi salah tulis dalam pembuatan Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, KTP, dll. Nah... nggak enaknya lagi kalo kita minta revisi biasanya kena biaya lagi... dan prosesnya lama lagi.

3. Nama jangan cuma satu kata
Minimal ada First Name, Nick Name dan Family name gitu loh.... Ini penting terutama kalo pas lagi ngurus Paspor atau Visa. Nggak jadi berangkat ke Amrik hanya gara-gara namanya cuma Prakoso atau Pamuji atau Paryono khan esiaan...

4. Nama jangan terlalu panjang
Nama yang panjang bererot bisa bikin susah si pemilik nama. Di samping susah ngingetnya, juga ngerepotin waktu ngisi formulir pendaftaran masuk Perguruan Tinggi Negeri (dulu UMPTN). Itu lho..yang ngitemin buletan-buletan pakai pensil 2B. Capeek khaan... Nama panjang seperti
Siti Hartati Riwayati Mulianingsih Adiningrum Mekar Berseri Sepanjang Hari.... adalah sangat-sangat not-recommended.

5. Nama anak bersifat internasional
Anak kita hidup dimasa depan, di era globalisasi dimana hubungan dengan dunia internasional amat sangat intens. Jadi jangan mempersulit anak dengan nama-nama yang sulit di-eja. Nama Saklitinov misalnya orang Jepang nyebutnya Sakuritino, orang Sunda bilang aktinop, orang Amrik bilang Sechlaytinove... Syusah khaaannn Padahal maksudnya Sabtu Kliwon Tiga November...

6. Ketahuilah arti nama anak
Ketahuilah arti nama anak. Jangan memberikan nama hanya karena enak diucapkan atau bagus ditulisnya. Nama Jalmowono memang sepintas enak diucapkan dan bagus kalo ditulis tetapi ketahuilah bahwa Jalmowono itu artinya Orang Utan.

7.Jangan pakai nama artis.
Nama artis memang bagus-bagus, cuma masalahnya kalau artis itu kelakuannya baik... lha kalau jadi bahan gosip melulu khan jadi beban juga buat si anak. Lagian pakai nama artis itu tandanya anda gak kreatif dalam bikin nama.

8. Abjad huruf pertama nama anak.
Huruf pertama "A" pada nama anak ada enak gak enaknya. Gak enaknya kalau pas ada ujian/test/wawancara sering dipanggil duluan. Gak sempet nanya-nanya ama temannya. Tapi kadang-kadang juga pas giliran dapat pembagian apa gitu, dapetnya juga sering duluan. Sebaiknya ambil huruf pertama itu antara D sampai K. Cukupan lah... Huruf depan Z... wah..
biasanya adanya di bawah...

9. Jangan sok Kebarat-baratan
Jangan memberi nama anak dengan bergaya kebarat-baratan, biar dibilang keren. Kudu diinget, anda lahir dibumi Indonesia, orang Indonesia, kultur ya tetap orang Indonesia. Kalau nama keindo-indoan, tapi mukanya ya melayu-melayu juga, malu sendiri kan, anaknya ya ortunya.. Lagian kalo kejepit toh bilangnya "adawww...." bukan "Oh my God.."
BELAJAR DARI KELEDAI
Suatu hari keledai tua milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam,semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai.
Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah !
Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit
6. Tersenyumlah
Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan,maka aku meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama. "Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini !"

CEO TOYOTA MOTOR Ambisi Merajai Automotif Dunia


PRESIDEN DAN CEO TOYOTA MOTOR Ambisi Merajai Automotif Dunia
Rabu, 26/12/2007

Empat puluh tiga tahun mengabdi di Toyota Motor Corporation (TMC) membuat Katsuaki Watanabe mengenal setiap inci perusahaan itu.
SELAMA dua tahun menjadi Presiden dan CEO TMC,Watanabe menjadi arsitek kebesaran nama Toyota. Dia telah membuat banyak gebrakan di dunia automotif global. Kemarin, Watanabe, 65, mengungkapkan ambisi Toyota pada 2008 yang akan menjual 9,85 juta mobil. Jumlah tersebut naik dari target penjualan tahun ini sebesar 9,8 juta mobil. Sementara produksi TMC pada 2008 akan dinaikkan menjadi 9,95 juta mobil atau naik 5% dari tahun ini.
Target produksi itu jauh melampaui rencana General Motors (GM) yang hanya menargetkan produksi 9,3 juta mobil pada 2008. Jika Toyota mencapai target tersebut, perusahaan Jepang itu akan memecahkan rekor penjualan mobil sebesar 9,55 juta mobil oleh GM pada 1978. Artinya, TMC akan menjadi raksasa terbesar industri automotif dunia. Meski memiliki target produksi terbesar, pria kelahiran 13 Februari 1942 itu menjamin akan tetap meningkatkan kualitas produksinya.Watanabe berjanji tetap menjaga keseimbangan antara kuantitas dan kualitas.
”Pada saat ini kita harus mengubah apa yang perlu diubah, tapi tetap menjaga apa yang tidak harus berubah.Kami selalu mengatakan tidak ada pertambahan kuantitas tanpa peningkatan kualitas,” papar Watanabe yang lahir di Prefektur Mie dan kini tinggal di Toyota City. Target produksi Toyota pada 2008 sebenarnya belum apa-apa dibandingkan target pada 2009.Watanabe mengungkapkan pada Agustus silam,Toyota memiliki target penjualan global sebesar 10,4 juta mobil pada 2009.
Pencapaian target tersebut tentu bukan sekadar omong kosong.Apalagi di tengah tekanan banyak pihak tentang kelestarian lingkungan yang harus dijaga dari polusi asap kendaraan,Watanabe tetap optimistis target itu tercapai. ”Toyota memperkirakan penjualan di Amerika Serikat (AS) akan meningkat tahun depan meskipun ada krisis subprime mortgage dan peningkatan harga minyak yang mungkin berpengaruh.Wilayah lain juga akan tumbuh seperti China dan Rusia tahun depan,”papar ayah tiga putri tersebut.
Presiden TMC itu melihat pertumbuhan ekonomi di China,Rusia, Brasil,Amerika Selatan,India,sebagai peluang bagi TMC memperluas pasar.Karena itulah,Watanabe telah menguatkan struktur produksinya di negara-negara tersebut. Optimisme Watanabe itu diamini oleh analis automotif Koji Endo dari Credit Suisse di Tokyo. ”Tahun depan akan menjadi tantangan bagi Toyota mengingat keterpurukan ekonomi AS.Tapi secara keseluruhan, target pertumbuhan itu masuk akal melihat prestasi Toyota saat ini,”paparnya.
Sembilan bulan pertama tahun ini saja Toyota telah menjual 7,05 juta mobil di seluruh dunia. Jumlah tersebut bersaing dengan GM yang menjual 7,06 juta mobil pada periode yang sama. Tentu saja Watanabe telah menyiapkan resep sukses mobil produksi Toyota,salah satunya dengan menyiapkan produksi massal baterai lithium-ion untuk mobil rendah emisi. Baterai lithium-ion saat ini telah digunakan dalam laptop atau gadgetlainnya.
Meskipun bentuknya kecil, baterai jenis ini memiliki tenaga lebih kuat dibandingkan baterai nickel-metal hydride yang kini ada dalam mobil hibrida gas-elektrik jenis Prius saat ini. Watanabe menjelaskan, baterai lithium-ion tidak akan digunakan dalam mobil Prius, tapi pada mobil hibrida jenis baru. Energi baru bisa diisi dari rumah atau dalam perjalanan.Teknologi baterai lithium-ion tersebut telah siap diproduksi massal meskipun baru dimulai pada tahun depan. Untuk fokus pada pertumbuhan yang tinggi,tangan dingin Watanabe tak segan-segan menutup beberapa pabrik dan memecat puluhan ribu pekerja yang menunjukkan prestasi buruk.
Dengan keputusan tersebut,Watanabe harus rela kehilangan USD39 miliar pada tiga perempat tahun 2007. Namun di sisi lain, keputusan itu membuat TMC lebih ramping untuk mengakselerasikan potensi utama mereka di pasar yang pertumbuhannya paling cepat. Salah satu pencapaian terbesar Watanabe tahun ini ialah keberaniannya memperluas produksi dengan membangun pabrik TMC di Rusia. Menurut Watanabe, warga Rusia membeli sekitar 2 juta mobil per tahun. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan daya beli warga India.
Keputusan Watanabe mendirikan pabrik itu didukung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. ”Pendapatan populasi meningkat 11–12% per tahun.Ini berarti peluang untuk menjual produk Anda di pasar dalam negeri akan tetap tumbuh. Perusahaan dan pabrik yang dibangun di Rusia berupaya memenuhi pasar Rusia dan memasuki pasar Eropa,” papar Putin. Dengan pertimbangan itulah Watanabe berani menginvestasikan lebih dari 5 miliar rubel dan menciptakan lebih dari 600 pekerjaan baru untuk pendirian pabrik TMC di Rusia.”Ini merupakan contoh bagus kerja sama antara Pemerintah Rusia, pemerintah daerah, dan satu perusahaan terbesar pembuat mobil,”kata Watanabe.
Pabrik TMC yang berada di Shushary, Petersburg, itu telah siap memproduksi 20.000 sedan Camry pada tahap awal. Setelah itu, mereka akan memproduksi 50.000 mobil hingga target produksi 200.000 mobil per tahun dapat tercapai di pabrik tersebut. Sepak terjang Watanabe di TMC sudah tak diragukan lagi. Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi Keio University,Tokyo,dia langsung bergabung dengan Toyota pada 1964. Watanabe pun mulai mengumpulkan pengalaman di luar negeri saat bergabung dengan Toyota, khususnya dalam masalah perencanaan dan administrasi perusahaan.
Kepercayaan pun diperoleh Watanabe untuk menjadi manajer umum divisi kesekretariatan TMC pada 1988.Watanabe kemudian dipindah ke divisi corporate planning sebagai manajer umum pada 1989. Dalam posisi barunya, Watanabe berpartisipasi aktif dalam menyusun visi jangka panjang Toyota di seluruh dunia. Karena dinilai berprestasi,Watanabe masuk ke jajaran board of director pada 1992 dan melanjutkan pekerjaan supervisi di bagian kontrol produksi, termasuk mengawasi Motomachi Plant, pabrik mobil penumpang milik Toyota.
Pada 1999,Watanabe dipilih sebagai direktur manajer senior dan kariernya terus melesat naik menjadi wakil presiden eksekutif pada 2001. Karier tertingginya sebagai Presiden dan CEO TMC dipegangnya pada Juni 2005,menggantikan Fujio Cho. Pria penggemar musik ini seringkali ikut menyanyi dalam paduan suara gereja dan menyukai permainan golf dan tenis. Dengan seabrek prestasi yang membawa Toyota terus tumbuh dan maju mengalahkan semua pesaingnya, Watanabe dimasukkan dalam daftar 100 orang paling berpengaruh pada 2005 dan 2007 versi majalah TIME. (ganna pryadha/ berbagai sumber)

59 Juta Hektare Hutan Rusak


59 Juta Hektare Hutan Rusak
Rabu, 26/12/2007

JOMBANG (SINDO) – Tingkat kerusakan hutan di Indonesia masih tinggi, kendati pemerintah sudah menggalakkan program penghijauan hutan secara besar-besaran. Data terakhir menyebutkan, dari 120 juta hektare (ha) hutan di Indonesia, 59 juta ha di antaranya tergolong rusak.
”Kerusakan itu selain dipicu illegal logging, juga karena kebakaran yang hampir setiap tahun menghabiskan jutaan hektare hutan,” ujar Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban saat menghadiri silaturahmi di Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang,kemarin. Dia mengaku kesulitan untuk kembali menyehatkan hutan di Indonesia secara cepat. Sebab,kerusakan hutan di Indonesia ibarat penyakit kanker yang sudah mencapai stadium 4.
Menurutnya, jika setiap tahun pertumbuhan hutan di Indonesia bisa bertahan stabil pada angka 1,08 juta ha, hutan di Indonesia akan kembali utuh pada 112 tahun mendatang. ”Kami akui jika kerusakan hutan kita ini memang sudah parah.Namun, kami (pemerintah) tetap optimistis jika hutan yang tumbuh setiap tahunnya akan semakin meningkat,” kata dia.
Kaban menuturkan, pemerintah telah memberlakukan aturan yang ketat terhadap pe-megang hak pengusahaan hutan (HPH). Pemerintah tidak mau lagi kecolongan dengan pemegang HPH yang kerap nakal dan justru merusak hutan. Dalam kesempatan tersebut, Kaban menolak tudingan bahwa selama ini pemerintah tidak mengalokasikan anggaran untuk rehabilitasi hutan. Menurutnya, dari 180 negara yang mengikuti Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali belum lama ini, Indonesia memiliki peringkat paling tinggi dalam membelanjakan keuangan negara untuk rehabilitasi hutan. (tritus julan)

Benarkah Usaha Kecil Semakin Terkucil?


ANALISIS
Benarkah Usaha Kecil Semakin Terkucil?

Rabu, 26/12/2007

PEMBICARAAN tentang usaha kecil tidak pernah sepi. Bahkan, belakangan ada semacam kesan,kalau kita tidak membicarakannya, seakan-akan kita tidak memiliki rasa kepahlawanan, rasa kesetiakawanan, atau rasa keberpihakan pada yang lemah.
Pokoknya, kita bicarakan, dan bila perlu membuat program untuk usaha kecil, karena dengannya kita akan dianggap prokeadilan dan pemerataan. Di satu sisi, kondisi ini menguntungkan karena banyak pihak terlibat untuk memikirkan dan mencari upaya membantu permasalahan yang dihadapi usaha kecil.Tetapi di sisi lain, yang terjadi justru hal yang tidak kita harapkan, seperti program yang tumpang tindih, koordinasi yang tidak jelas, saling lempar tanggung jawab––dan yang paling menyakitkan–– dalih membina usaha kecil hanya digunakan untuk mendapat jatah anggaran.
Hampir semua pihak sepakat,usaha kecil cenderung lebih padat karya,sehingga bila usaha ini berkembang luas,penyerapan tenaga kerja akan lebih besar.Usaha ini juga tersebar luas sehingga memiliki efek pemerataan yang lebih baik. Selain itu, usaha kecil merupakan arena berlatih kewirausahaan yang baik. Kalau kita mau jujur, sebenarnya sudah banyak sekali kebijakan yang terkait dengan usaha kecil, atau yang sekarang disatukan dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Yang terakhir, bahkan merupakan bagian dari Inpres 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pembangunan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang diluncurkan Juni 2007. Pemberdayaan UMKM dalam inpres tersebut meliputi tindakan dalam empat bidang, yaitu peningkatan akses UMKM pada sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahaan dan sumber daya manusia, peningkatan peluang pasar produk UMKM,dan reformasi regulasi. Di tengah-tengah upaya percepatan pemberdayaan ini, tiba-tiba data yang dirilis lembaga resmi dan temuan di lapangan menunjukkan kecenderungan yang berlawanan.
Sebagai contoh, Bank Indonesia melaporkan bahwa porsi kredit UMKM turun, dari 52,75% (September 2006) ke 51,7% (September 2007) dari total kredit perbankan. Kredit untuk UMKM terdiri atas kredit mikro (di bawah Rp50 juta), kredit kecil (Rp50 juta sampai Rp500 juta) dan kredit menengah (Rp500 juta hingga Rp5 miliar). Demikian pula kredit yang disalurkan melalui penjaminan yang dilakukan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU), yang besarnya sekitar Rp145 triliun, belum tersalurkan dengan baik.
Para pelaku usaha masih banyak yang tidak memiliki informasi tentang hal ini. Kemudian, hasil evaluasi Inpres 6/2007 menunjukkan, pencapaian program sertifikasi tanah untuk membantu UMKM memiliki akses ke lembaga pembiayaan,yang pada 2006 mencapai 33,29% dari target, pada 2007 justru turun ke 0,26%. Suatu penurunan yang luar biasa. Berita dari lapangan yang diperoleh melalui survei dan observasi justru lebih mengagetkan.
Misalnya, sekitar 70% dari pengusaha sentra industri kecil menyatakan sedang menghadapi penurunan permintaan. Membanjirnya berbagai produk impor tampaknya memperkuat keluhan ini.Sementara itu, sekitar 85% pusat inkubator bisnis dan Business Development Service (BDS) yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari segi kemudahan regulasi, upaya berbagai daerah untuk mempermudah perizinan melalui onestop service (OSS) atau pelayanan terpadu satu pintu (PTSP),yang telah diperkuat dengan Permendagri 24/2006, tampaknya juga belum menunjukkan hasil maksimal.
Di banyak daerah, sejumlah instansi masih belum merelakan kewenangannya berpindah tangan,karena dianggap mengurangi pendapatan sampingan.Tidak jarang, meski prosedur dipermudah dan berbiaya lebih rendah, muncul percaloan yang mengakibatkan biaya nyata yang dibayarkan tidak berubah. Meski dulu Ernest Schumacher (1973) menulis small is beautiful ’kecil itu indah’, dalam kenyataan yang terjadi sebaliknya, atau lebih sering small is painful ’kecil itu menyakitkan’ dan big is powerful ’besar itu tangguh’.
Usaha besar memang unggul dalam sumber daya dan mampu menekan biaya per unit kegiatan karena memiliki skala ekonomi (economies of scale) baik dari sisi input maupun output. Keunggulan usaha kecil biasanya lahir dari kelenturan (fleksibilitas) dan kemampuan bergerak pada celah usaha yang terlalu mahal untuk dimasuki usaha besar. Kekalahan dalam hal skala usaha dari usaha besar juga bisa diimbangi apabila usaha kecil membangun jaringan kerja sama dengan spesialisasi yang saling melengkapi. Fenomena ini oleh Hubert Schmitz (1999), seorang ahli ekonomi klaster,disebut sebagai efisiensi kolektif (collective efficiency).
Bila dalam kenyataan usaha kecil sulit berkembang, itu indikasi dari kelenturan yang menurun dan semakin sulitnya kerja sama antarpelaku usaha dibangun.Kelenturan turun bisa karena pilihan-pilihan yang ada semakin terbatas, bisa pula karena biaya berusaha (cost of doing business) menjadi semakin tinggi.Kerja sama sulit karena modal sosial di tengah masyarakat rendah, atau kadar kecurigaan antarpelaku usaha masih tinggi. Dengan demikian, upaya mengembangkan usaha kecil merupakan pekerjaan besar, kompleks, rumit, dan harus dilakukan sepenuh hati. Dibutuhkan, komitmen dan konsistensi kebijakan untuk waktu yang panjang. Bila tidak, usaha kecil bukan dibina melainkan ”dibinasakan”. Bukan menguat, melainkan ”mengkhawatirkan”.(*)
PROF HENDRAWAN SUPRATIKNO PHD* * Penulis, Direktur Pascasarjana dan Program Doktor, IBII, Jakarta

The Automotive Supply Chain Revolution

The automotive supply chain revolution
Bangkok post.
KANISHKA GHOSH AND CHRIS CATTO-SMITH
With the 24th Thailand International Motor Expo 2007 under way, we thought it an opportune time to explore the radical transformations that are taking place in the automotive value chain.
This year's show will aim to maximise vehicle "sales" across the 34 vehicle brands that are on display. However, higher cars sales do not necessarily translate into confirmed revenue streams for manufacturers across a car's lifespan. To address the issue of maintaining ongoing revenue, consider what a typical customer looks for when he/she decides to buy a car.
The key purchasing factors are: mobility and service, not necessarily ownership of pounds of metal, plastic, glass and rubber. Along with car ownership comes other overheads that include car taxes, insurance, servicing requirements and the challenge of negotiating with dealers to get agreement on the fair residual value when upgrading or changing to new models. Conversely, the various burdens of ownership can be alleviated by flexible, low-cost leasing agreements that provide both a premium mobility solution and all inclusive full service support. Full-service lease agreements can offer a whole new approach for the customer.
From the standpoint of vehicle manufacturers, the first point of sale usually generates minimal profit due to existing industry structures that are marred with overcapacity and high levels of competition. By leasing rather than selling the car, manufacturers can capture the full lifetime value of the "asset" that they have manufactured.
Research also suggests that 90% of the profits associated with a car arise from downstream value creation or, in other words, well after the first sale. Possible downstream revenue drivers for manufacturers include used vehicles sales, finance and insurance, service, parts, leases and rentals. Through such services, manufacturers can remain close to customers, capture their information, build accurate profiles and develop a clear understanding of their needs. As vehicle manufacturers move downstream to be more service-driven, much of the engineering, design and manufacturing work can be outsourced to upstream players such as Tier 1, and Tier 2 Suppliers.
OEMs and Tier 1 players are aggressively pursuing collaborative product development referred to as "design chain management", which includes such basic issues as working with suppliers, sharing designs and design activities, and realising that they're not going to do it all themselves. The larger issue in outsourcing design work is in bringing people together more effectively into the overall environment so that a greater span of activities can be managed more effectively.
Spin-offs of such developments are extensive and include research and development initiatives on the part of suppliers to develop high-capability, high-margin and high-volume systems and modules for manufacturers. This can be coupled with improved operational agility through performance- based contracting. This in turn provides additional revenue sources from support and maintenance services. The major driver of increased profitability for manufacturers is the change from a sales model to leasing.
To capture lifetime revenue streams, prevailing concepts such as "Power by the Hour" (PBH), from the aerospace industry, can be adopted. The PBH concept stipulates that instead of focusing on a single sale, concentrate on locking in the lifetime service, repair and spares revenues, while at the same time offering a flexible, variable cost structure. Another challenge with sales based trading models is in accessing customer data that is meaningful to drive supply chain improvements.
To date, most automotive customer data resides in dealer sales management systems, which are contracted, bought and paid for by the dealers themselves and not manufacturers. Dealers have been very protective about their customer data, especially since manufacturers a few years ago announced they were going to try to "disintermediate" the dealer chain by selling directly to consumers.
The auto industry is very efficient at mass production, pushing cars out to be sold. However that efficiency is no longer a competitive advantage. It no longer equates to growth or sustainable revenue and is no longer a "best practice" when the goal is to service customers through mass customisation. The industry over builds and then offers incentives, discounts and rebates, thereby losing money on each car that never should have been built in the first place.
All of this is quite contrary to customer-oriented supply chain management principles. The industry should change its entire perspective so that the pull signal is coming from the customer through leasing rather than an arbitrary sales target. Kanishka Ghosh is the joint ventures operations manager with Thai Summit Group. Weekly Link is co-ordinated by Barry Elliott and Chris Catto-Smith CMC of the Institute of Management Consultants Thailand.

7 Mitos Kesehatan Yang Menyesatkam

Tujuh Mitos Kesehatan yang Menyesatkan

London, Senin - Banyak di antara kita yang masih memegang teguh kebiasaan atau pun anggapan yang berkembang di masyarakat termasuk yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Sebut saja nasehat meminum delapan gelas air putih setiap hari, atau pun larangan membaca di tempat remang-remang karena dapat merusak mata. Ada pula yang percaya bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari kemampuan otaknya, atau pun anggapan bahwa mencukur bulu akan menyebabkan rambut tumbuh lagi dengan cepat dan lebih tebal.
Namun demikian, anggapan tersebut menurut para ahli justru tak ada nilai kebenarannya. Hal tersebut terungkap lewat hasil riset para ahli dari Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam British Medical Journal.Para peneliti berhasil mengungkap setidaknya tujuh mitos yang berhubungan dengan kesehatan. Beberapa di antaranya menyesatkan dan beberapa lainnya tidak ada bukti yang kuat. Dalam risetnya, para ahli dari Indiana University School of Medicine di Indianapolis mengumpulkan literatur medis untuk membuktikan setiap anggapan atau mitos.Hasilnya, mereka tak menemukan bukti kuat yang mendukung manfaat dari mitos meminum delapan gelas air setiap hari. Faktanya, hasil penelitian membuktikan bahwa asupan cairan yang cukup ke dalam tubuh seharusnya terpenuhi dengan meminum jus, susu , dan bahkan minuman berkafein seperti teh atau kopi. Data juga mengindikasikan bahwa meminum air secara berlebihan justru dapat membahayakan tubuh.
Anggapan bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen otaknya juga tidak benar adanya. Riset terhadap pasien penderita kerusakan otak menunjukkan kerusakan pada hampir setiap bagian otak memiliki dampak yang spesifik dan lama terhadap mental, vegetatif dan kemampuan berprilaku. Riset tentang pencitraan otak pun menunjukkan tidak ada satu pun daerah dalam otak yang benar-benar "diam" atau pasif. Sementara itu, mitos bahwa rambut atau kuku akan terus tumbuh setelah kematian mungkin hanya sebuah ilusi optik yang disebabkan oleh pengencangan kembali kulit setelah mati. Pertumbuhan rambut dan kulit yang sebenarnya membutuhkan peran dan pengaruh hormonal yang tentunya tidak akan berfungsi setelah kematian.
Seperti yang diungkapkan penulis riset, Rachel Vreeman, ilusi kembali menjadi penyebab berkembangnya mitos mencukur bulu menyebabkan rambut tumbuh lebih cepat, lebih hitam dan kasar. Kenyataannya bulu yang baru dicukur tampak tumbuh kembali tanpa adanya ujung rambut yang biasanya tampak pada bagian yang tak dicukur. Alhasil, rambut tampak lebih kasar dan lebih tebal.
Mitos lainnya yakni membaca di tempat yang kurang terang pun menurut penelitian tidak terbukti akan merusak mata. Sementara itu, hanya sedikit saja bukti yang mendukung terhadap pelarangan telepon selular di rumah sakit. Bukti itu berkaitan dengan kemungkinan pengaruh gelombang elektromagnetik.
Satu mitos terakhir tentang konsumsi kalkun dapat menimbulkan kantuk karena kandungan asam amino tryptophan juga tidak benar adanya. Kenyataannya, baik kalkun, ayam atau pun daging sapi mengandung tryptophan yang sama.
"Setiap konsumsi makanan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan kantuk karena aliran darah dan oksigen ke otak menurun. Sementara itu makanan yang kaya protein atau karbohidrat dapat menyebabkan kantuk. Anggur juga bisa berperan," ungkap peneliti. (BBC/ac)